Jumat, 15 Januari 2010

varietas tahan

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT MENGGUNAKAN VARIETAS TAHAN

Pengendalian hama dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kerugian ekonomis dan meningkatkan atau mempertahankan nilai hasil panen. Ada banyak cara pengendalian hama penyakit diantaranya menggunakan varietas tahan.

A. Penggunaan benih yang bebas pathogen

Bebas pathogen dapat berasal dari tanaman sehat tetapi dapat pula berasal dari tanaman yang sakit kemudian diadakan perlakuan benih atau perawatan benih.

Pathogen yang terdapat pada benih ada yang hanya menempel pada benih tetapi ada juga yang menyerang bagian luar benih, bahkan ada yang sudah berada dalam benih. Oleh karena itu pada saat mengadakan perlakuan benih atau perawatan benih harus dipilih cara yang tepat, sesuai dengan keadaan pathogen yang terdapat dalm benih. Untuk menghilangkan pathogen ada beberapa cara, misalnya pada pathogen yang hanya menempel atau menyerang pada bagian luar benih digunakan perawatan benih, sebab umumnya cara ini hanya mampu mengendalikan pathogen yang berada diluar benih saja, meskipun bila digunakan fungisida sistematik dapat pula mencapai bagian dalam benih dan mengendalikan patogennya. Untuk menghilangkan pathogen yang berada dalam benih umumnya menggunakan perlakuan benih, sebab cara ini dapat membunuh pathogen, baik yang diluar maupun yang didalam benih. Jadi jika bandingkanantara perlakuan benih dan perawatan benih pada umumnya, kebaikan perlakuan benih dapat membunuh pathogen baik yang diluar maupun yang didalam benih, sedangkan kebaikan perawatan benih selain membunuh pathogen pada bagian luar benih dapat mencegah serangan pathogen dari dalam tanah.

Perlakuan benih dilaksanakan secara fisik, misalnya menggunakan air panas, uap air, udara panas dan lain-lain. Benih yang dipakai untuk penanaman sudah selayaknya kalau merupakan benih unggul, yang minimal mempunyai sifat mampu berproduksi tinggi dan tahan gangguan baik hama, penyakit maupun gulma. Disamping itu ada syarat lain yaitu harus bersih, murni dan sehat atau bebas dari pathogen.

Ciri-ciri benih yang baik adalah sebagai berikut:

1. Mutu Genetik

Merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih dasar.

2. Mutu Fisiologik

Merupakan tampilan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih.

3. Mutu Fisik

Menampilkan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain ukuran yang homogeny, bernas, bersih dari campuran benih yang lain, biji gulma dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa mutu suatu benih dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut : kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup (daya kecambah dan kekuatan tumbuh), serta bebas dari hama dan penyakit.

Kotoran yang terdapat pada benih, yang menyebabkan benih tidak bersih dapat berupa benih tumbuhan lain maupun sisa tanaman. Untuk membersikan sisa-sia tanaman dari benih umumnya tidak begitu sukar, tetapi untuk membersikan benih tumbuhan lain yang ukuranya maupun beratnya hampir sama dengan benih tersebut cukup sulit. Begitupula benih gulma yang ukuranya sangat bervariasi juga merupakan pekerjaan yang cukup menyusahkan. Menurut Martin dan Woodcoch (1983) salah satu cara membersikan benih dari campuran benih tumbuhan lain selain dapat dilakukan dengan cara pengayakan benih bagi yang ukuranya berbeda dengan cara hembusan bagi benih yang beratnya berbeda dan dapat pula dilakukan dengan cara khusus. Benih gulma tertentu dapat ditutup permukaanya dengan talk yang dicampur dengan serbuk besi tanpa mengkotori benih tanaman pokok. Benih kotor yang telah dicampur talk khusus ini lalu dilewatkan alat pemisah yang mempunyai magnit yang dapat memisahkan benih tanaman tanpa talk khusus dari benih gulma yang permukaanya tertutup oleh talk khusus. Dengan demikian pembersihan tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan sempurna. Di samping itu benih unggul juga harus bersih dari benih tanaman yang mutunya rendah, missal ukuranya kecil, pecah ataupun yang terinfeksi oleh pathogen. Benih yang bersih akan membantu petani dalam menentukan jumlah benih yang akan dipergunakan dengan tepat. Disamping itu benih juga harus murni, artinya tidak tercampur dengan benih dari strain, varietas atau spesies lain dari tanaman tersebut sehingga apabila ditanam maka tumbuhnya seragam.

Factor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daya kecambah benih. Kalau daya kecambah ini tinggi tanaman yang dihasilkanya akan seragam hingga memudahkan pemeliharaan selanjutnya. Daya kecambah yang tinggi akan menghemat benih, lebih-lebih bila disertai dengan kemurnian yang tinggi pula.

Perawatan benih dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan fungisida, baik yang berupa serbuk, larutan maupun cairan. Fungisida yang sangat terkenal untuk perawatan benih pada waktu dahulu adalah Ceresan dan Fernasan, tetapi Ceresan ini sekarang tidak boleh dipakai lagi sebab mengandung Hg yang sangat terkenal adalah Ridomil 35 SD khusus untuk pengendalian penyakit bulai pada jagung yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis. Selain fungisida tersebut sering juga digunakan Chlorox yang sesuai dengan kemanpuannya membunuh mikroorganisme, selain untuk disinfeksi benih juga digunakan untuk disifensi peralatan dapur termasuk piring, sendok, cawan, cangkir, mangkuk dan lain-lain.

Untuk menghilangkan bahaya pathogen pada benih selain dengan kedua cara diatas dapat pula dilakukan dengan penyimpangan benih, misalnya Cercospora nicotinae penyebab penyakit patik pada tembakau akan mati bila biji tembakau disimpan selama minimal satu tahun sehingga biji tembakau yang telah disimpan lebih dari satu tahun akan bebas dari gangguan pathogen tersebut. Cara lain adalah penggangu radiasi. Namun demikian cara ini belum banyak dipakai dalam praktik, karena selain berbahaya bagi pekerjanya juga berbahaya bagi benihnya, bahkan tidak sedikit yang patogenya mempunyai takaran dosis yang lebih tinggi dari pada benihnya, terutama apabila patogenya berupa bakteri.

Untuk mempelajari penyakit pada benih ini ada cabang Ilmu Penyakit Tumbuhan khusus yang disebut Ilmu Penyakit Benih (Seed Pathology). Bahkan cara-cara pengambilan sampel dan cara penelitiannya pun sudah mempunyai standart yang dikeluarkan oleh ISTA (International Seed Testing Association) yang berpusat di Denmark.

Untuk menjamin kualitas yang tinggi bagi benih di Indonesia telah didirikan Balai Sertifikasi Benih, yang tugasnya selain mengetahui kemurnian benih juga terhadap kesehatan benih dan vigor (daya tumbuh) benih.

Benih yang bersih dan murni bukan hanya benih yang tidak tercanpur dengan bahan lain saja, tetapi juga tidak tercampur dengan kultivar atau tanaman lain maupun gulma, sehingga benih tersebut mutunya betul-betul tinggi dan menghasilkan tanaman yang seragam.

Kesehatan benih yang perlu diperhatikan adalah adanya pathogen dan ini tidak hanya yang berada di luar benih saja tetapi juga yang ada di bagian dalam benih, sebab yang di bagian dalam ini justru yang lebih berbahaya.

Pada prinsipnya untuk menentukan ada tidaknya pathogen pada benih ini dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan cara langsung, misalnya dengan mengambil pathogen dari sampel lalu diamati di bawah mikroskop. Dengan cara ini jumlah pathogen yang dapat diperoleh umumnya lebih banyak macamnya tetapi cara ini tidak dapat membedakan antara pathogen yang masih hidup dan yang sudah mati sehingga angka yang diperoleh kurang menggambarkan bahaya yang akan ditimbulkan oleh patogen tersebut. Pengamatan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama dengan sistem isolasi dan yang kedua dengan perkecambahan benih. Dengan sistem isolasi kita dapat memperoleh semua macam pathogen yang masih hidup, namun kita tidak dapat membedakan mana yang mampu menimbulkan penyakit dan mana yang tidak mampu menibulkan penyakit, sedang sistem perkecambahan benih hanya dapat menentukan pathogen yang mampu menimbulkan penyakit saja. Kelemahan cara ini, dengan adanya perbedaan faktor lingkungan pada saat itu (medium, suhu, kelembaban, cahaya, dan lain-lain) mungkin dapat menghasilkan macam pathogen yang berbeda pula sehingga cara inipun beum sepenuhnya menggambarkan besarnya bahaya yang betul-betul akan timbul pada benih nanti. Hanya sayangnya, sistem tidak langsung ini memerlukan waktu yang jauh lebih lama dari cara langsung.

Sistem perkecambahan dapat menggunakan dua medium. Yang pertama medim kertas saring (blotter method). Pada umumnya di laboratorium lebih sering digunakan medium kertas saring sedang di rumah kaca lebih sering digunakan medium pasir. Karena tujuannya untuk mengetahui adanya pathogen, maka dalam pekerjaan ini perlu diusahakan agar faktor luar membantu pertumbuhan pathogen, sebab bila tidak demikian maka hasi pengujian yang diperoleh tidak menggambarkan bahaya yang terdapat pada benih.

Pada medium kertas saring, air yang digunakan untuk pengujian kesehatan biji sering ditambah dengan gula atau garam dengan maksud untuk menaikkan tekanan osmose air tersebut dengan tujuan untuk merangsang perumbuhan pathogen yang dapat hidup pada tekanan osmose tinggi dan juga menekan organisme yang dapat hidup pada tekanan osmose rendah, sebab yang lebih berbahaya adalah pathogen yang mampu hidup pada tekanan osmose tinggi. Dengan menggunakan air saja mungkin yang ditemukan hanya pathogen atau organisme yang hidup pada tekanan osmose rendah saja.

B. Penggunaan tanah yang Bebas Patogen

Cara ini sebenarnya bertujusn mirip dengan pergiliran tanaman, yaitu mengusahakan agar pathogen yang berada di dalam tanah tidak sesuai dengan tanaman yang akan di tanam di tempat tersebut. Bedanya pada pergiliran tanaman yang sudah tersedia tanahnya. Jadi tanamannya harus di sesuaiakan. Pada penggunaan tanah yang bebas pathogen harus kita pilihkan tanah yang sesuai dengan tanaman tersebut atau tidak sesuai dengan pathogen tanaman tersebut.

Tanah yang bebas pathogen yang dimaksudkan adalah tanah yang bebas pathogen berbahaya bagi tanaman yang akan di tanam di tempat tersebut, sebab tidak mungkin kiranya mendapatkan tanah yang betul-betul bebas pathogen bagi segala tumbuhan. Tanah yang dapat dianggap bebas dari pathogen ini dapat berupa tanah baru, misalnya bekas hutan bila untuk ditanami tanamn semusim, tanah bekas ilalang bila untuk ditanami tanaman keras, dan dapat berupa tanah yang sudah dibebaskan dari pathogen yang berada di dalamnya baik dengan cara mekanik atau fisik. Kimiawi maupun biologi.

Cara mekanik atau fisik misalnya dengan jalan pengolahan tanah, pembakaran sisa tanaman, penggenangan dan yang tidak kalah pentingnya dengan membiarkanya saja. Sedang dengan kimia dapat dengan penyiraman, penyemprotan, penyebaran bahan kimia. Cara biologi misalnya menggunakan tanaman penutup tanah, pemupukan yang dapat merangsang perkembangan organism antagonist hingga dapat menekan pertumbuhan pathogen.

Pada saat ini dikembangkan cara mekanik atau fisik yang baru, yaitu dengan menutup tanah menggunakan plastic karena plastic ini ternyata dapat mengubah suhu dan panjang gelombang sinar matahari yang mengenai permukaan tanah, khususnya dari panjang gelombang sinar yang bertenaga rendah ke panjang gelombang sinar yang bertenaga tinggi sehingga tenaga/energy ini dapat menekan atau membunuh pathogen dalam tanah, yang biasa dikenal efek rumah kaca.

Namun demikian karena cara ini masih baru maka masih diperlukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh hasil yang maksimal, misalnya saja beberapa jarak plastik dari permukaan tanah, beberapa tebalnya plastik penutup tanah tersebut, apakah ada perbedaan bila plastiknya berbeda warnanya dan lain-lainya.


Daftar Pustaka

Martoredjo, teokidjo. 1992. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN. Andi of set. Yogyakarta

Sutopo, lita. 2002. TEKNOLOGI BENIH. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


Kalau cara pembebasan tanah dari pathogen ini sudah dapat dilakukan dengan cara mekanik atau fisik dengan ekonomis, maka hal ini akan merupakan salah satu sumbangan besar bagi pengendalian penyakit dengan tidak merusak lingkungan yang kelestariannya perlu kita jaga bersama. Di samping itu tanpa penggunaan pestisida pada pengendalian penyakit berarti mengurangi bahaya keracunan oleh residu pestisida yang terdapat pada bahan tanaman bagi manusia dan hewan konsumennya serta pencegah pencemaran tanah dan air.